Di India, Love Jihad adalah mitos yang mendefinisikan usaha umat Muslim di India untuk memualafkan umat Kristen dan Hindu melalui cinta dan pernikahan. Mitos ini berhasil disebarkan dan mendorong ketakutan dan kebencian massa terhadap umat Islam yang digunakan tim sukses partai Hindu konservatif India untuk meraup suara. Ini adalah salah satu contoh pelintiran kebencian.
Tidakkah sering kita dengar desas-desus serupa tentang pemuda-pemudi Kristen yang sengaja melakukan kristenisasi di Indonesia dengan mencari pacar dari kalangan Islam? Ayo, kita waspadai segala bentuk hoaks yang merupakan pelintiran kebencian.
pengarang buku tentang pelintiran kebencian (hate spin),
Cara kerja rekayasa kebencian dan pelintiran kebencian ini biasanya adalah:
Cherian George telah mengadakan penelitian di tiga negara dengan basis mayoritas agama berbeda; yaitu Kristen di Amerika Serikat, Hindu di India, dan Islam di Indonesia. Pada bukunya Pelintiran Kebencian: Rekayasa Ketersinggungan Agama dan Ancamannya Bagi Demokrasi. Ia memaparkan bahwa pelintiran kebencian telah dengan efektif digunakan di tiga negara tersebut oleh partai politik yang ingin mendapatkan suara.
Pelintiran kebencian ini bukan suatu hal yang baru.
Salah satu pelintiran kebencian terbesar yang pernah terjadi di masa lalu adalah
Rezim Hitler menghembuskan kebencian terhadap orang Yahudi dengan menuduh mereka sebagai penyebab krisis yang menimpa Jerman. Hitler memicu ketersinggungan publik terhadap kaum Yahudi dengan memojokkan mereka sebagai ras yang lebih rendah tetapi menguasai ekonomi Jerman, yang seharusnya dikuasai orang Jerman dari ras asli Arya.
Faktanya, kaum Yahudi telah tinggal di Jerman dan banyak negara Eropa secara turun-temurun dan berkontribusi aktif sebagai warga negara di berbagai bidang, baik ekonomi, budaya, pendidikan, ilmu pengetahuan, kedokteran, dan banyak lagi yang lain. Tetapi karena mesin pelintiran kebencian Nazi, maka mereka dipinggirkan, diasingkan ke kamp konsentrasi, dan sebagian dibunuh secara massal.
Di Indonesia, pelintiran kebencian sendiri amat marak. Di masa penjajahan Belanda, pelintiran ini digunakan pemerintah kolonial untuk menciptakan kecurigaan antarsuku bangsa di Indonesia sehingga konsolidasi perjuangan antardaerah sulit dilakukan.
Di masa sekarang, pelintiran kebencian justru semakin marak digunakan untuk melakukan kriminalisasi dan persekusi kepada individu atau kelompok minoritas.
Salah satu korban pelintiran kebencian di indonesia adalah :
seorang wanita dari Tanjung Balai yang secara informal berseloroh kepada tetangganya tentang volume azan masjid dipelintir oleh sekelompok orang, lalu menjadi protes massa dan isu nasional yang mengakibatkan Meiliana divonis penjara atas tuduhan penistaan agama. Baca kronologi pelintirannya di sini.
Selain kasus Meiliana yang cukup mendapat sorotan media, ada berbagai macam kasus pelintiran kebencian lain yang terjadi, yang luput dari sorotan media. Kita, sebagai masyarakat berbangsa, terbukti rentan termakan hasutan kebencian dan bertindak secara keroyokan (mob) untuk melukai orang yang dianggap bersalah.
Simak cerita Ng Swan Ti, seorang fotografer, yang keluarganya pernah menjadi korban penjarahan setelah beredar desas-desus tentang dukun santet di desanya.
Tapi yang lebih penting, apa yang bisa kita lakukan untuk menghindari dampak pelintiran kebencian di sekitar kita?
Jangan Bantu Sebarkan Kebencian
Temukan Kebenaran. Cek Hoaks, Fitnah, dan Pelintiran Kebencian.
Nyatakan Sikap secara Damai dan Bersahabat
Di masa pra-media sosial, peran media massa menjadi kunci, sedangkan di masa sekarang, selain media massa, media sosial yang ada di ujung jari kita sendiri, ikut berperan besar dalam memberi energi pada pelintiran kebencian.
Maka, salah satu cara terbaik untuk mengganjal kinerja pelintiran kebencian adalah tidak ikut menyebarkan pelintiran kebencian itu.
Mungkin kita tidak bermaksud menyebarkan, hanya mengajak teman-teman atau saudara untuk mengenal isu terkini atau bersikap waspada, tetapi apapun alasan kita, menyebarkan pelintiran kebencian sama dengan melegitimasi kekuatan pelintiran tersebut dan mempromosikannya.
Cara jitu lain:
Kenali dan Sadari Pelintiran Kebencian
Temukan Kebenaran. Cek Hoaks, Fitnah, dan Pelintiran Kebencian.
Nyatakan Sikap secara Damai dan Bersahabat
Berikut ini adalah berbagai macam cara untuk mendeteksi hoaks dan pelintiran kebencian:
Dari tampilan situsnya saja kadang kita bisa menilai apakah situs itu dibuat asal jadi demi persebaran hoaks atau pelintiran kebencian.
Periksa domain website dengan menggunakan situs https://who.is/ Ketik domain website sumber berita, dan lihat apakah ia sudah lama diregistrasi. Umumnya, situs penyebar hoaks belum lama umurnya.
Hoaks biasanya dipenuhi dengan kata-kata heboh yang penuh dengan huruf kapital, tanda seru, bersifat bombastis dan bersifat menakuti-nakuti atau membenci, daripada memberikan informasi. Misalnya:
Isi hoaks kerap mencatut nama-nama lembaga atau individu terkenal, tetapi kedengaran mustahil terjadi. Misalnya:
Hoak seperti ini biasanya tidak menghadirkan sumber kredibel yang bisa dicek atau diverifikasi.
Bila berupa gambar, cek gambar tersebut di Google Image.
Cobalah memasukkan topik hoaks yang Anda dapat ke beberapa situs ini, yang memang berdedikasi untuk mengecek hoaks.
Berikut adalah beberapa situs pengecek hoaks :
www.turnbackhoax.idSitus ini dikelola oleh Masyarakat Anti-Fitnah Indonesia (MAFINDO) yang juga memiliki fitur pelaporan hoaks.
https://www.facebook.com/groups/fafhhFacebook Group Forum Anti Fitnah Hasut dan Hoaks merupakan tempat berdiskusi dan menanyakan keabsahan suatu berita, foto, atau video.
https://tirto.id/q/periksa-data-gqoSitus berita Tirto.ID memiliki sebuah menu khusus yang mengulas hoaks yang disebarkan oleh pejabat publik.
Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) mengajak setiap orang yang menemukan situs web, data, foto, atau video yang berpotensi hoaks, atau mengandung konten-konten negatif seperti pornografi, SARA, penipuan, narkoba, perjudian, radikalisme, kekerasan, kekerasan terhadap anak, malware/phising, dan pembajakan, agar melapor kepada:
aduankonten@mail.kominfo.go.idBila Anda ingin mengenal lebih lanjut bagaimana menikmati fasilitas internet tanpa efek samping hoaks, ada situs-situs yang didedikasikan untuk memberi panduan, seperti:
http://internetsehat.id/Jangan Lewatkan :
Kenali dan Sadari Pelintiran Kebencian
Jangan Bantu Sebarkan Kebencian
Nyatakan Sikap secara Damai dan Bersahabat
Tetapi, bila mereka yang mendukung keragaman dan toleransi tinggal diam terhadap pelintiran kebencian, maka mereka yang masih ragu bersikap akan memilih jalur aman dan mengikuti rekayasa pelaku pelintiran, karena mereka lebih keras bersuara.
Tapi tentu saja, sikap yang nyinyir, provokatif, dan ikut mencaci-maki para pembuat plintiran kebencian tanpa mengungkapkan kebenaran juga akan menambah keruh suasana.
Kami mengajak teman-teman untuk bersikap dengan damai dan bersahabat, misalnya dengan seni.
Ayo, meriahkan dunia dengan seni yang menunjukkan sikap merawat keragaman, toleransi, dan menolak pelintiran kebencian.
Kenali dan Sadari Pelintiran Kebencian
Jangan Bantu Sebarkan Kebencian
Temukan Kebenaran. Cek Hoaks, Fitnah, dan Pelintiran Kebencian.